Dulu sewaktu kecil selalu kalau tanya ke orang tua masalah
pekerjan dan berapa gajinya pasti cuman dikasih tahu kerjanya saja tanpa
dikasih tahu berapa gajinya. Pasti mama atau papa bakalan bilang “kamu gak
perlu tau berapa gajinya mama sama papa karena itu gak penting buat kamu. Yang
paling penting kamu bisa sekolah dengan baik sampai jenjang setinggi-tingginya.
Mama sama papa bakalan beri kamu uang saku yang cukup,tidak berlebih atau tidak
kurang supaya kamu tidak kelaparan dan masih bisa pergi dengan teman-temanmu
tapi yang sederhana saja. Tapi untuk urusan pendidikan mama sama papa akan
kasih yang terbaik buat kamu”. Setelah beberapa tahun berlalu dan saya mulai beranjak
dewasa akhirnya saya pun mulai memahami
apa maksud dari orang tua. Tidak lain dan tidak bukan supaya saya bisa hidup
sederhana. Memang sebenarnya saya lahir dari keluarga yang berkecukupan dan
tidak kekurangan. Alhamdulillah dari kecil saya tidak pernah punya masalah sama
bayar uang sekolah atau hal sejenisnya. Yang jadi masalah malah datangnya dari
dalam diri sendiri yaitu “malas”. Ya memang rasa malas itu adalah masalah yang
paling besar. Ketika beberapa orang berjuang mati-matian untuk bisa pergi ke
sekolah dan saya untuk pergi ke sekolah aja rasanya malas. Ooh..kalau diingat
sungguh rasanya saya sudah berdosa sekali sama orang tua saya.
Papa selalu cerita kalau dulu selalu punya masalah dengan yang namanya bayar uang sekolah. Sampai menginjak bangku kuliah masalah itu semakin rumit karena biaya yang semakin bertambah besar. Menunggak sampai berbulan-bulan itu hal yang biasa. Papa juga cerita karena tidak punya uang jadi tidak bisa jalan-jalan pergi keluar kota dan juga jarang sekali diajak teman-temannya. Sungguh hal yang berbeda terbalik dengan apa yang saya alami sekarang. Sedari kecil sampai menginjak bangku kuliah saya tidak pernah sekalipun merasakan bagaimana susahnya bayar uang sekolah. Juga ketika saya kekurangan uang untuk membeli buku saya tidak pernah bingung untuk mencari pinjaman kesana kemari. Menginjak bangku kuliah saya pun harus hijrah dari rumah untuk pergi ke kota perantauan. Ini merupakan pertama kalinya saya pergi merantau meninggalkan rumah untuk melanjutkan kuliah. Ya akhirnya pun saya hijrah ke Surabaya karena saat itu saya diterima di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Surabaya ..wooow...kota metropolitan men.. hehehe. Kota terbesar di Indonesia kedua setelah jakarta dan merupakan ibukota provinsi jawa timur. Kehidupan kuliah pun saya jalani seperti normalnya mahasiswa pada umumnya. Namun seiring berjalannya waktu saya mulai banyak memperoleh pelajaran hidup. Melihat lingkungan dan teman-teman di sekitar saya membuat saya mensyukuri sekali apa yang ada dalam diri saya. Ternyata semua yang telah orang tua saya berikan begitu besar. Saya melihat kedua orang tua saya bekerja begitu keras agar anaknya tidak kekurangan dan bisa melanjutkan sekolah sampai ke jenjang setingi-tingginya.
Singkat cerita,di akhir semester 5 ada sebuah pengumuman
bahwa kampus akan mengirimkan mahasiswa tahun terakhir untuk melanjutkan
kuliahnya ke Perancis dengan beasiswa. Program ini bernama Joint Degree.
Program ini merupakan program baru di Indonesia untuk mahasiswa Politeknik agar
bisa melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Dalam benak saya saat itu sepertinya
program ini menarik untuk dicoba dan saya ingin meringankan beban orang tua
untuk biaya pendidikan saya. Saya pun mengikuti sosialisasinya yang diadakan di
kampus dan syarat pertama untuk mengikuti program ini adalah IPK>3.5 dan
mengumpulkan Curiculum Vitae serta Motivation Letter dalam bahasa inggris. Oke
dengan perasaan sedikit coba-coba juga akhirnya saya mengumpulkan curiculum
vitae dan motivation letter saya ke kantor hubungan internasional PPNS. Jika
dirasa bagus saya akan melangkah ke tahap selanjutnya untuk proses wawancara.
Sebenarnya pada saat mengumpulkan berkas IPK saya tidak mencpai angka itu. Tapi saya pikir tidak ada salahnya juga untuk dicoba. Dan setelah beberapa hari berlalu saya dipanggil untuk mengikuti tahap
wawancara. Proses wawancara ini dilaksanakan di akhir semester menjelang jadwal
liburan karena waktu itu UAS semester 5 sudah selesai. Tahapan ini merupakan
tahapan yang paling menentukan apakah saya berhak untuk melanjutkan ke tahap
selanjutnya yaitu mengikuti kursus intensif bahasa Perancis sebagai persiapan
kuliah di Perancis. Oke,setelah proses wawancara saya pulang kerumah dan
berharap menikmati waktu liburan saya di rumah dengan tenang. Tapi apa daya
setelah beberapa hari saya menikmati waktu liburan dirumah saya mendapat kabar bahwa
dari banyak orang yang mendaftar akhirnya terpilihlah 9 orang untuk melanjutkan
ke tahap selanjutnya. Tentunya saya juga mendapat instruksi untuk menauikkan IP saya lagi di semester ini. Setidaknya minimal saya harus dapat diatas 3.6. Perasaan campur aduk antara senang dan sedih. Baru juga
tinggal dirumah dengan tenang selama beberapa hari saya harus kembali ke
Surabaya untuk memulai awal kursus. Ketika beberapa teman bepergian keluar kota
menikmati liburan saya harus kembali ke Surabaya untuk kursus yang berjalan 4
jam setiap harinya. Dimulai dari jam 15.00 – 20.30. Karena ini konsekuensinya
saya pun mencoba ikhlas untuk menjalaninya. Waktu itu saya pernah bolos kursus
1 hari untuk pergi bersama teman-teman sekelas ke malang. Setelah itu saya
berjanji untuk tidak akan bolos kursus. Karena pada hari berikutnya saya
mendapati sudah ketinggalan dari teman-teman saya. Hiiiks..sedih sekali. Pada
waktu yang bersamaan ketika saya berada di malang saya mendengar jika
pengumuman untuk PKM yang lolos terdanai dari dikti sudah keluar. Dan hasilnya..diluar
dugaan dua proposal saya lolos terdanai. Rasanya ini seperti keberuntungan yang
beruturut-turut atau kesialan. Entahlah tapi yang jelas saya harus
mensyukurinya karena usaha saya membuahkan hasul. Kesibukan pun akan semakin
bertambah lagi.
PKM 2014. Namun sayang gagal lolos ke PIMNAS :(
Hari pun berlalu dan masa liburan pun telah habis. Awal
perkuliahan semester 6 telah dimulai. Kesibukan pun bertambah lebih banyak
lagi. Tugas kuliah dan tugas kursus sudah membayangi. Setiap hari saya haru
kuliah dari pukul 07.00 sampai 15.00. Lalu setelah selesai kuliah belum bisa
bernafas dengan lega saya harus bersiap untuk rutinitas selanjutnya yaitu
kursus bahasa perancis dari jam 16.00-20.30 dan setiap hari saya pun baru sampe
di kontrakan minimal pukul 21.00. setelah itu jangan berharap bisa istirahat
dengan tenang karena tugas kuliah sudah menunggu untuk dikerjakan.
Teman satu perjuangan ketika di IFI
Keberuntungan selanjutnya tidak berhenti sampai disini.
Proposal untuk KRSI(Kontes Robot Seni
Indonesia) juga ternyata lolos tahap
awal. Ini artinya kesibukan saya bertambah lagi dengan intensitas yang sudah
tidak bisa dibayangkan lagi. Oh good....PKM saja belum terlihat progres tapi
kewajiban sudah bertambah lagi. Waktu itu saya berdoa semoga saya bisa
menyelesaikan semua kewajiban saya dengan baik dan selalu diberi kesehatan.
Bayangkan saja dalam sehari saya harus melakukan semua dalam satu waktu.
Kuliah,kursus,ngerobot,tugas kuliah,tugas kursus,PKM. Klo bisa saya berharap
agar waktu dalam sehari bisa lebih dari 24 jam. Belum lagi saya harus mengurus
banyak dokumen ini dan itu untuk ditranslate ke dalam bahasa perancis. Lalu
mencari informasi universitas-universitas yang ada di perancis. Selalu
nyempetin waktu untuk cek email tiap hari. Singkat cerita dari berbagai
kegiatan yang saya lakukan setiap hari tidak terasa kalau UAS semester 6 sudah
dekat dan berita bagusnya adalah tes DELF B1 untuk bahasa perancis hanya
berselang 2 hari setelah itu. Boleh saya katakan klo tes DELF ini adalah tes
yang paling menentukan bagi saya untuk bisa pergi ke perancis atau tidak.
Karena ini adalah syarat utama untuk bisa mendapatkan beasiswa selain
LOA(Letter of Acceptance) dari universitas yang ada di Perancis.
Alhamdulillah Accept
Lagi dan lagi saya harus mempersiapkan sebuah hal besar
dalam waktu yang bersamaan. Mempersiapkan belajar untuk UAS dan tes DELF B1. Banyak
yang sudah saya korbankan buat sampai di tahap ini. Saya berjanji kalau saya
tidak akan gagal untuk keduanya.
Setelah UAS terlewati akhirnya tibalah juga saat paling
menentukan dari semua perjuangan jungkir balik saya selama ini yaitu tes DELF
B1. Untuk menunggu hasilnya saya harus menunggu sekitar 2-3 minggu. Lalu
sekitar pertengahan ramadhan pada sore hari menjelang berbuka puasa datanglah
telefon dari madame irma. Tanpa ada perasaan sedikitpun pun saya menjawabnya
biasa saja seperti tidak ada hal penting yang sudah disampaikan. Mungkin karena
waktu itu adalah waktu menjelang berbuka puasa dan saya sedang sibuk mencari
makanan untuk berbuka di sekitar bundaran ITS. Setelah beberapa saat saya baru
sadar kalau informasi yang disampaikan lewat telefon barusan adalah saya telah
lulus DELF B1. Nah loh berarti saya pergi ke perancis dong,berarti beasiswa
juga dapet dong. Huuuaaaa.....langsung sesaat mendadak kegirangan.
Mamaa...papaaa....akhirnya aku berangkat keluar negeri dari hasil jungkir
balikku sendiri. Seneng sekali akhirnya bisa meringankan juga beban orang tua
untuk biaya pendidikan saya.
Dan tibalah pada saat penyerehan beasiswa oleh jajaran
direksi dari PPNS dan oleh Koordinator Beasiswa Unggulan Kemdikbud Dr.rer.nat
AB Susanto MSc di graha dewaruci.
Gak tau harus ngomong apa..huaaa
Terima kasih mama dan papa karena kalian
telah memotivasi saya banyak hal. Terimakasih sudah dengan sabar mendidik saya.
Terima kasih atas semua kasih sayang yang diberikan selama ini.
Terimakasih..
Sebenernya masi banyak cerita yang lain juga sebenernya yang sepertinya kalau diKarena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan
0 comments:
Post a Comment